NASIB ANAK MENUMPANG PUTUS SEKOLAH DAN ORANG TUA GANGGUAN KEJIWAAN (ODGJ)

 Halo teman-teman, perkenalkan nama saya Kirana. Saya akan berbagi pengalaman dalam mengurus orang tua yang stroke dan gangguan kejiwaan. Pengalaman yang sangat panjang dan tidak akan cukup diceritakan pada 1 kali tulisan saya kali ini. 

Orang tua saya mengalami gangguan kejiwaan yang saya sendiri tidak tau persis sejak kapan mulainya. Yang saya ingat adalah pada waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar beliau masih bekerja diluar kota. Karena saya masih anak-anak dan papa saya sudah pisah dengan mama saya maka setiap mama saya pulang kerumah tiap beberapa bulan sekali, saya selalu menangis ketika beliau harus kembali pergi kerja keluar kota lagi. Hal ini berlangsung selama beberapa tahun hingga saya lulus SD dan merantau ke Jakarta untuk tinggal dengan tante saya dan juga melanjutkan sekolah SMP. Yang mana suami beliau ada seorang tenaga pengajar di sekolah saya yaitu SMP swasta. Itu sebabnya beliau bisa masukan saya di sekolah itu dengan biaya murah. Dan saya di rumah tersebut mengasuh anak beliau yang masih umur 4 tahun dan bayi baru lahir juga pekerjaan rumah lainnya. 

Pada saat itu sejak mulai tinggal dengan tante saya, mama saya datang kerumah tinggal tante kapan saja beliau mau. Kondisi yang menyedihkan karena suami tante saya tidak berkenan. Nah sejak itu lah saya lihat mama saya dikamar saya sering menangis sendiri bahkan teriak-teriak. Namun pada saat itu saya masih belum paham dengan apa yang terjadi dengan mama saya. Jika saya ingat kembali hal ini membuat saya sedih bahkan nangis karena merasa bersalah pada beliau karena tidak merawatnya saat itu karena kondisi saya yang tidak bisa melakukan apapun. Saya yang hanya menumpang pada saat itu hanya bisa memberi makan mama saya secara sembunyi-sembunyi pada saat suami tante saya tidak ada dirumah. Mama sering berbicara sendiri seolah ada temannya. Kadang mama berbicara dengan macam argumen. Kadang ceria dan tertawa-tawa, kadang sedih dan kadang marah-marah.

Di lain waktu, mama saya datang lagi ke rumah tante. Kala itu mama datang dengan darah yang begitu banyak mengalir dari sela paha dan betis sampai ke kaki beliau. Menyedihkan. Beliau saya minta mandi dan mencuci pakaian beliau. Seperti biasa, jika beliau datang, beliau akan bilang, nak minta makan. Mama lapar, sudah 3 hari ga makan. Respon saya yang pertama hanya bisa manangis. Dalam hati saya berbisik, andai aku sudah lulus sekolah dan bekerja akan saya bawa beliau mengontrak tinggal bersama saya. Setelah melihat kondisi rumah, saya ambilkan mama makan nasi satu piring benar-benar penuh sampai hampir tumpah. Meski itu terlalu banyak, beliau habiskan karena beliau terlalu lapar. 

Tiap beliau datang, suami tante saya berpesan pada tante saya agar suruh mama saya pergi. Lalu tante saya bilang pada saya untuk menyuruh mama pergi. Tapi hal itu tidak saya biarkan. Saya ulur waktu untuk mama saya pergi dengan alasan-alasan walau suami tante tidak suka. Pada saat malam tiba, mama saya tidur dilantai. Lantai hanya disemen bukan keramik pada waktu itu. Karena tidak ada kasur atau alas tidur lain maka saya buatkan alas tidur mama dari koran, sajadah, selimut dan alas setrika. Hanya ada 1 kasur kecil ukuran 190x140 pada saat itu yang digunakan keponakan tante saya yang datang dari luar kota dan tinggal sementara disana. Karena dia jijik dan tidak mau tidur dengan mama saya maka dengan terpaksa saya harus melihat mama saya tidur dibawah. Sedih...andai saya punya uang pada waktu itu. Aah..sudah lah. Keesokannya mereka sudah tanya lagi kapan mama saya pergi. Dengan amat sangat sedih saya suruh mama pergi. Rasanya ingin saya ikut mama tapi saya harus sekolah. Saya benar-benar tak berdaya waktu itu. Saya hanya bisa menangis. 

Kalau memang mama saya gangguan kejiwaan tapi pada waktu itu mama saya masih diterima bekerja di sebuah rumah. Tapi mama saya bilang beliau selalu dicurangi dengan masalah gaji. Saya tidak tau yang sebenarnya bagaimana. Tapi mama datang pasti dengan cerita yang sama. Kadang mama kasih saya uang tapi saya tidak mau terima karena saya tidak tega pakai uang dari hasil kerja mama yang harus susah payah cuci baju orang dan mengerjakan pekerjaan yang lain dirumah orang. 

Andai papa saya tau anaknya sedih. Yang disayangkan papa saya tidak tau dimana kami tinggal. Papa saya seorang pensiunan tentara. Oya, mama saya juga sering bilang kalau papa jadi tentara karena jual ijazah mama. Memang mama saya sering berbicara yang tidak masuk akal. 

Semua kejadian demi kejadian berlangsung selama beberapa tahun. Hinggal akhirnya saya lulus sekolah dari bangku SMP. Karena suami tante saya tidak bisa mambantu sekolahkan saya lagi, dengan terpaksa saya tidak lanjut ke SMA.

Pada saat saya menulis ini pun saya menangis. Saya begitu sayang dengan mama tapi saya tidak bisa berbuat apa karena masih sekolah dan menumpang. 

Sobat, saya akan lanjutkan lagi cerita ini di seri selanjutnya ya. 

Terima kasih sudah menyempatkan mampir di blog saya. Sampai jumpa di cerita selanjutnya. 

Salam hangat dari saya. 🙏

Kirana.

Comments